Rabu, 09 Oktober 2013

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA



LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
MODUL IV
PENENTUAN UKURAN PARTIKEL

 

Disusun Oleh :
Nama                   : Binti Nuriyah (K100120083)
Kelompok           : B.4
Korektor             :

LABORATORIUM FARMASI FISIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
MODUL IV
PENENTUAN UKURAN PARTIKEL

I.                   TUJUAN PERCOBAAN
Mengukur partikel zat dengan metode mikroskopi dan pengayakan (shieving)

II.                DASAR TEORI
            Mikromeritik biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang partikel yang kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Ukuran diameter rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata dan sebagainya. Pengertian ukuran partikel adalah ukuran diameter rata-rata.
Untuk memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari umunya jumlah bahan besar (ditandai dengan junlah dasar) suatu contoh yang representatif. Karenanya suatu pemisahan bahan awal dihindari oleh karena dari suatu pemisahan, contoh yang diambil berupa bahan halus atau bahan kasar. Untuk pembagian contoh pada jumlah awal dari 10-1000 g digunakan apa yang disebut Pembagi Contoh piring berputar. Pada jumlah dasar yang amat besar harus ditarik beberapa contoh dimana tempat pengambilan contoh sebaiknya dipilih menurut program acak (Voigh, 1994).
Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromiretik oleh Dalla Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus berada dalam jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam granular berada dalam kisaran ayakan.
Setiap kumpulan partikel biasanya disebut polidispersi. Karenanya perlu untuk mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu partikel tertentu, tapi juga berapa banyak partikel-partikel dengan ukuran yang sama ada dalam sampel. Jadi kita perlu sutau perkiraan kisaran ukuran tertentu yang ada dan banyaknya atau berat fraksi dari tiap-tiap ukuran partikel, dari sini kita bisa menghitung ukuran partikel rata-rata untuk sampel tersebut (Martin, 1990).
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya (Moehtar, 1990).
Pentingnya mempelajari mikromiretik, yaitu:
1.                  Menghitung luas permukaan
2.                  Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat
3.                  Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per oral, suntikan dan topikal
4.                  Pembuatan obat bentuk emulsi, suspensi dan duspensi
5.                  Stabilitas obat (tergantung dari ukuran partikel).
Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuta dari kawat dengan ukuran lubang tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah lubang tiap inchi linear (Parrot, 1970).
Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis tengahnya. Tetapi, begitu derajat ketidaksimestrisan dari partikel naik, bertambah sulit pula menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti. Dalam keadaan seperti ini, tidak ada garis tengah yang unik. Makanya harus dicari jalan untuk menggunakan suatu garis tengah bulatan yang ekuivalen, yang menghubungkan ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang mempunyai luas permukaan, volume, dan garis tengah yang sama. Jadi, garis tengah permukaan ds, adalah garis tengah suatu bulatan yang mempunyai luas permukaan yang sama seperti partikel yang diperiksa.
Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel:
·         Mikroskopi Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat, diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut. Pemandangan dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan dari slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk diukur.
Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel dengan memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel yang harus dihitung (sekitar 300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan  yang baik dari distribusi , menjadikan metode tersebut memakan waktu dan jelimet. Namun demikian pengujian mikroskopis dari suatu sampel harus selalu dilaksanakan, bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya, karena adanya gumpalan dan partikel-partikel lebih dari satu komponen seringkali bisa dideteksi dengan metode ini.
·         Pengayakan
Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama dari penentuan ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya adalah pengukuran geometrik partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan menurut meningginya lebarnya jala ayakan penguji yang disusun ke atas. Bahan yang akan diayak dibawa pada ayakan teratas dengan lebar jala paling besar. Partikel, yang ukurannya lebih kecil daripada lebar jala yang dijumpai, berjatuhan melewatinya. Mereka  membentuk bahan halus (lolos). Partikel yang tinggal kembali pada ayakan, membentuk bahan kasar. Setelah suatu waktu ayakan tertentu (pada penimbangan 40-150 g setelah kira-kira 9 menit) ditentukan melalui penimbangan, persentase mana dari jumlah yang telah ditimbang ditahan kembali pada setiap ayakan (Martin, 1990).
III. ALAT DAN BAHAN
·         Alat : 1. Mikroskop    
         2. Mikrometer
         3. Beker Glass 250 mL
         4. Batang Pengaduk
         5. Timbangan
         6. Ayakan
         7. Obyek glass dan dek glass
·         Bahan : 1. Amylum
             2. Aquadest
             3. Granul berbagai ukuran
IV. CARA KERJA SKEMATIS
A.    Mengukur diameter partikel secara mikroskopis
1.      Kalibrasi Alat
Ditempatkan mikrometer di bawah mikroskop
Dihimpitkan garis awal skala okuler dengan garis awal skala obyektif
Ditentukan garis kedua skala yang tepat berimpit
Ditentukan harga skala okuler
2.      Dibuat suspensi encer partikel yang akan dianalisis di atas obyek glass
3.      Ditentukan ukuran partikel monodispers atau polydispers:
a.       Ditentukan ukuran partikel sebanyak 20-25 partikel dari seluruh sediaan
b.      Ditentukan harga logaritma masing-masing ukuran partikel
c.       Ditentukan harga logaritma ukuran partikel dan harga standard deviasi (SD) purata yang bersangkutan
d.      Ditentukan harga antilogaritma purata ukuran partikel (dgeometrik) dan antilog SD
e.       Disebut siste polidispers jika harga antilog SD ≥ 1,2 dan sistem disebut monodispers jika antilog < 1,2
4.      Jika monodispers tentukan ukuran partikel sebanyak 300 partikel dan jika sistem polydispers tentukan sebanyak 500 partikel.
Dilakukan grouping :
Ditentukan ukuran partikel yang terkecil dan yang terbesar
Dibagi jarak ukur yang diperoleh menjadi beberapa bagian yang gasal (paling sedikit 5 bagian)
Diukur partikel dan digolongkan kedalam group yang telah ditentukan
5.      Dibuat kurva distribusi ukuran partikel dan tentukan harga diameter-diameter berikut ini:
Length-Number Mean : dln =  
Surface Number Mean : dsn =
Volume number Mean : dvn =
Volume Surface Mean : dvs =
Volume Weight Mean : dwm =

Dimana n = jumlah partikel dalam tiap range ukuran partikel (size range)
            d = rata-rata range ukuran partikel (mid size) dalam mikron
bahan yang dipakai : amylum / lycopodium
6.      Ditentukan arti dari harga diameter-diameter diatas
B.     Metode Pengayakan
Dibersihkan ayakan dengan menggunakan vaccum cleaner
Ditimbang tiap-tiap ayakan kosong
Disusun beberpa ayakan dengan nomor berurutan, dengan makin besar nomor ayakan dari atas kebawah
Dimasukkan granul ke dalam ayakan paling atas pada bobot tertentu yang ditimbang seksama (100 mg)
Diayak granul selama 5 menit pada 500 rpm
Dikeluarkan ayakan secara hati-hati tanpa kehilangan berat sampel
Ditimbang kembali tiap ayakan dan ditentukan bobot sampel pada tiap ayakan
Dibuat kurva distribusi pesen bobot di atas dan di bawah ukuran versus ukuran partikel
Plot data pada kertas probabilitas lognormal, tentukan harga dg dan σg
V.    HASIL PERCOBAAN
A.    Metode mikroskopi
a)      Kalibrasi Alat
  = 0,1 mm = 100 µm
1 skala obyektif =                               skala okuler
b)      Penentuan Monodispers atau Polydispers
No
Ukuran partikel (µm)
Log ukuran partikel
Rata-rata log ukuran partikel (x)
SD
Antilog X
Antilog SD
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
3
5
8
10
11
14
17
18
21
24
25
28
31
33
34
37
38
40
42
43
45
47
48
50
50
0,47
0,69
0,90
1
1,04
1,14
1,23
1,25
1,32
1,38
1,39
1,44
1,49
1,51
1,53
1,56
1,57
1,60
1,62
1,63
1,65
1,67
1,68
1,69
1,69
1,36
0,34
22,90
2,18

                   Sistem tersebut adalah : Polydispers
c)      Penentuan ukuran partikel
Size Range
Mid Range (d)
Jumlah partikel (n)
n.d
n.d2
n.d3
n.d4
1-5
6-10
11-15
16-20
21-25
26-30
31-35
36-40
41-45
46-50
3
8
13
18
23
28
33
38
43
48
47
56
54
49
52
50
48
50
53
41
141
448
702
882
1196
1400
1584
1900
2279
1968
423
3584
8694
15876
27508
39200
52272
72200
97997
94464
1269
28672
93312
285768
632684
1097600
1724976
2743600
4213871
4534272
3807
229376
1542294
5143824
14551732
30732800
56924208
104256800
181196453
217645056

255
Ʃn = 500
Ʃnd = 12500
Ʃnd2 = 412218
Ʃnd3 = 15356024
Ʃnd4 = 612226350




B.     Metode Pengayakan
No ayakan
Ukuran Lubang
Size Range (mm)
Mid Size (µm)
Berat Granul (g)
% bobot di atas ukuran
% bobot di bawah ukuran
8
12
20
40
60
100
penampung
2,360
1,700
0,850
0,425
0,250
0,150
0
> 2,360
2,360-1,700
1,700-0,850
0,850-0,425
0,425-0,250
0,250-0,150
0-0,150
2360
3210
1280
640
340
200
75
4,4
5,8
22,8
28,6
9,9
6,2
20,9
4,46
10,34
33,47
62,47
72,51
78,80
100
100
95,54
89,66
66,53
37,53
27,48
21,20

VI. PERHITUNGAN
A.    Metode pengayakan
·         % bobot diatas ukuran =
Diket : Ʃ berat granul = 98,6 g
No ayakan 8 :    =
                                          = 4,46 %
No ayakan 12 :  =
                                           = 10,34 %
No ayakan 20 :  =
                                          = 33,47 %
No ayakan 40 :  =
                                          = 62,47 %
No ayakan 60 :  =
                                          = 72,51 %
No ayakan 100 :  =
                                          = 78,80 %
Penampung :  =
                                          = 100 %
·         % bobot diatas ukuran =
Diket : Ʃ berat granul = 98,6 g
No ayakan 8 :  =
                                          = 100 %
No ayakan 12 :  =
                                          = 95,54 %
No ayakan 20 :  =
                                          = 89,66 %
No ayakan 40 :  =
                                          = 66,53 %
No ayakan 60 :  =
                                          = 37,53%
No ayakan 100 :  =
                                          = 27,48%
Penampung :  =
                                          = 21,20%
Harga dg  atas = 700 µm
Harga standart deviasi (σg) atas =  =  = 2,5
Harga dg  bawah = 380 µm
Harga standart deviasi (σg) atas =  =  = 2,9

B.     Metode Mikrometik
1.      Rata-rata ukuran partikel (x)         = 1,36
2.      SD                                                 = 0,34
3.      Antilog SD                                    = 2,18
4.      Antilog x                                       = 22,90
Harga antilog SD > 1,2 à maka sistem pada percobaan ini adalah polydispers
Perhitungan berbagai diameter
a.       Length – Number Mean (dln)
dln =  =  = 25 µm
b.      Surface Number Mean (dsn)
dsn =
c.       Volume Number Mean (dvn)
dvn =
d.      Volume Surface Mean (dvs)
dvs =  =  = 37, 2530 µm
e.       Volume Weight Mean (dwm)
dwm =  =  = 39, 8688 µm
VII. PEMBAHASAN
            Pada percobaan penentuan ukuran partikel ini bertujuan untuk mengukur partikel zat dengan metode mikroskopi dan pengayakan (shieving). Bahan yang digunakan untuk metode pengayakan adalah granul, sedangkan bahan yang digunakan untuk metode mikroskopi optik adalah amylum. Digunakan amylum karena ukuran partikel amylum lebih kecil dari pada granul.
            Pada metode mikroskopi yang dilakukan pertama kali adalah kalibrasi alat yang bertujuan untuk menentukan ukuran skala okuler. Kalibrasi alat dilakukan dengan cara menempelkan mikrometer dibawah mikroskop, dihimpitkan garis awal skala okuler dengan skala obyektif. Kemudian menentukan garis kedua skala yang tepat berhimpit dan diketahui harga skala okuler setelah dilihat dibawah mikroskop maka akan terdapat kotak dengan ukuran 10 x 10.
            Kemudian dilakukan preparasi sampel dengan membuat suspensi encer dari campuran amylum dan aquadest dan dianalisa di atas obyek glass dan dilihat di bawah mikroskop sehingga akan terlihat partikel-partikel yang ada di setiap kotak.
            Setelah itu dilakukan perhitungan, pada percobaan yang dilakukan termasuk polydispers karena harga SD > 1,2 yaitu 2,18. Tujuan pembuatan suspensi yang encer adalah untuk mempermudah dalam perhitungan partikel, karena bila suspensi tidak encer maka pertikel yang terjadi akan berhimpitan dan menyulitkan dalam perhitungan.
            Keuntungan dari metode mikroskopi dapat mendeteksi aglomerat dan partikel – partikel yang terdiri lebih dari satu komponen. Sedangkan kelemahan – kelemahannya adalah diameternya hanya dapat dilihat secara dua dimensi yaitu panjang dan lebar. Selain itu metode ini agak lambat dan melelahkan karena harus menghitung sekitar 500 partikel (polydispers).
            Metode pangayakan adalah alat yang digunakan untuk mengukur partikel secara kasar. Sehingga dalam percobaan ini digunakan bahan yang partikelnya kasar dibandingkan dengan bahan yang lain. Pada metode pengayakan ini, digunakan 6 nomor ayakan yang berbeda-beda. Dimulai dari nomor ayakan yang rendah sampai yang tinggi. Diantaranya nomor ayakan 8, 12, 20, 40, 60,  dan 100.
            Metode ayakan dilakukan dengan menyusun ayakan dari nomor mesh yang terkecil (yang paling atas) sampai pada nomor mesh yang paling besar (yang paling bawah) hal ini ditujukan agar partikel-partikel yang tidak terayak (residu) yang ukurannya sesuai dengan nomor ayakan. Jika nomor ayakan besar maka residu yang diperoleh memiliki ukuran partikel kecil.
            Dalam pengayakan dibantu dengan alat vibrator (mesin penggerak), mesin ini digerakkan secara elektrik dan dapat diatur kecepatannya dan waktunya. Dalam percobaan ini kecepatan mesin penggerak diatur 500 rpm ditujukan untuk menghindari pemaksaan partikel besar melewati ayakan akibat tingginya intensitas penggoyangan atau tertahannya partikel kecil akibat lambatnya intensitas penggoyangan sehingga dipilih intesitas penggoyangan setengah dari kecepatan maksimum.
            Pada bagian paling atas dari susunan ayakan dipasang penutup dari mesin penggerak bertujuan agar tidak ada pengaruh luar yang mempengaruhi gerakan mesin, misalnya tekanan udara di atasnya atau yang faktor yang lainnya, sehingga tidak ada gaya lagi yang bekerja kecuali gaya gravitasi yang mengarah jatuhnya partikel ke arah bawah.
            Metode yang digunakan ini merupakan metode yang sangat sederhana karena cukup singkat. Namun alat  atau metode ini tingkat keakuratan yang diperoleh tidaklah seakurat dengan metode secara mikroskopik.
            Dari data yang diperoleh  umumnya diperoleh zat sisa yang tertahan dengan semakin tinggi nomor mesh semakin banyak zat yang tersisa. Hal ini karena ukuran dalam tiap inci semakin kecil lubangnya. Metode ini merupakan metode untuk mengetahui tingkat kehalusan dari suatu zat. Dengan melihat semakin banyak zat yang tertinggal dalam ayakan maka semakin kasar zat tersebut.
            Setelah diperoleh data, dihitung % bobot diatas ukuran dan % bobot dibawah ukuran. Kemudian data dimasukkan pada kertas probabilitas log normal dan di cari dg dan σg. Data dari hasil kelompok kami diperoleh dg bawah = 380 µm dan σg bawah 2,9, dg atas = 700 µm dan σg atas 2,5.

 
VIII. KESIMPULAN
·         Pada percobaan kali ini digunakan metode mikroskopi dan metode pengayakan.
·         Metode mikroskopi digunakan untuk partikel emulsi, suspesi, dan serbuk halus. Contohnya amylum.
·         Metode pengayakan digunakan untuk partikel yang mempunyai partikel atau ukuran serbuk lebih besar atau kasar.
·         Ukuran partikel dari amylum pada percobaan ini adalah polydispers karena harga antilog SD nya > 1,2 yaitu 2,18.
·         Semakin besar nomor ayakan, semakin halus hasil yang di dapat, karena lubangnya semakin kecil.

IX. DAFTAR PUSTAKA
Martin, A. 1990. Farmasi Fisika  jilid II.   Jakarta : Universitas Indonesia Press
Moechtar. 1990.  Farmasi Fisika.  Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press
Parrot,  L, E. 1970. Pharmaceutical Technologi.  Mineapolish : Burgess Publishing Company
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran teknologi Farmasi edisi V Cetakan I. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar